Perfectionism & Leading Business

Sun Sep 11, 2022

Di satu sisi kita tahu bahwa perfectionism tidak akan efektif digunakan di dunia bisnis.
Tapi mungkin tanpa sadar, kita sudah mulai memimpin tim & bisnis kita menggunakan sikap seorang perfeksionis.

Perfectionism sering kali dibicarakan hanya dalam konteks psikologi personal. Tapi bagaimana jika seorang manager atau CEO tanpa sadar memimpin timnya dengan sikap perfeksionis?

Di satu sisi kita tahu bahwa perfectionism tidak akan efektif digunakan di dunia bisnis. Tapi di sisi lain, kadang-kadang kita justru mempromosikan sikap perfectionism dengan melabelinya sebagai visi seorang pemimpin yang fokus pada excellence quality, strong work ethic, dsb.

Bagaimana cara membedakannya? Saya rasa tidak akan ada "batas hitam putih" yang sangat mudah dibedakan. Tapi jika kita sedang merasa pertumbuhan bisnis seperti "membentur tembok" & sering merasa tim tidak bisa mengikuti kemauan kita, coba evaluasi apakah jangan-jangan kita sedang terjebak pada perfectionism yang tidak disadari.

Berikut ini 2 jebakan perfectionism yang mungkin tidak kita sadari:

PERFECTIONISM IN STRATEGY

Kadang-kadang memang sulit membedakan antara visi seorang pemimpin yang kuat dengan idealisme yang menghasilkan sikap perfeksionis.

Kisah Steve Job yang saya kutip dari artikel karya jurnalis James Surowiecki dari The New Yorker mungkin bisa memberikan gambaran ini.

Steve Job sudah menjadi salah satu icon dari seorang pemimpin bisnis yang visioner, idealist, perfeksionis, dan sukses.

Visi (atau perfectionism) Steve Job adalah: "Memiliki dan mengontrol teknologi utama dalam segala hal yang kami lakukan."

Di satu sisi, visi inilah yang membuat produk-produk Apple selalu terasa elegan secara holistik atau menyeluruh. Bukan sekedar beberapa bagian dirancang menjadi satu.

Beberapa kisah yang menunjukkan idealisme Steve Job, misalnya:

  • Di tahun 1980an, dia bersikeras bahwa iklan di majalah harus dicetak dengan 6 warna dan bukan 4 warna, yang mana memakan biaya 30 - 40% lebih mahal.
  • Dia bersikeras menginginkan Apple memproduksi setiap komponen hardware-nya sendiri.
  • Dia ingin Apple menggunakan disk drive dan kabelnya sendiri.
  • Dia bahkan ingin semua Apple users hanya bisa menggunakan Apple's software, secara eksklusif di Apple computer.
Kita bisa membayangkan jika Steve Job tidak mengatasi titik kritis perfeksionismenya, maka IPod tidak akan bisa memainkan file Mp.3 dan hanya bisa memainkan file AAC. ITunes Store hanya akan diisi oleh aplikasi buatan Apple dan pengguna IPhone dan IPad tidak akan bisa mengintegrasikan user experience mereka jika menggunakan Windows PC.

Saya rasa kita juga bisa membayangkan bahwa strategi ini akan membuat Apple mungkin tidak akan pernah sebesar sekarang.

Jadi walaupun kadang-kadang tidak mudah membedakan antara visi pemimpin yang kuat dengan perfectionism. Tapi jika suasana kepemimpinan yang dirasakan lebih ke arah "My vision + my way", maka ada kemungkinan kita sudah mulai ada di jalur perfectionism.

PERFECTIONISM IN TEAM MANAGEMENT

Optimized people pasti pernah mendengar ungkapan: "If you want something done right, do it yourself." Dalam topik kepemimpinan, sikap ini bisa jadi salah satu behavioral sign bahwa kita mulai terjebak dalam perfectionism.

Pemimpin yang menggunakan sikap ini akan sering merasa sulit memberikan trust kepada tim, bahkan yang dia rekrut & seleksi secara langsung.

Dia akan sering merasa timnya tidak mampu memahami yang dia inginkan. Tanpa sadar dia membangun kebiasaan active listening bukan untuk berempati, melainkan untuk mendeteksi & bereaksi dengan cepat ketika menemukan sudut pandang yang berbeda dari timnya.

Kebiasaan ini juga akan membuatnya sering merasa emosinya terpicu karena sesuatu yang dia tidak sukai, padahal tim merasa dia gagal memberikan indikator yang jelas dari apa yang dia sebenarnya inginkan.

Dr. Jun Gu, seorang profesor Organizational Behavior di Macquarie Business School menyebut hal ini sebagai "other-oriented perfectionist" atau perfeksionis yang diarahkan ke orang lain.

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi jebakan perfectionism sebagai seorang business leader? Berikut ini 2 konsep yang mungkin optimized people bisa pertimbangkan.

STAND FIRM ON THE "WHY", BUT BE ADAPTIVE IN THE "HOW"

Peran seorang pemimpin yang tidak bisa digantikan adalah mencetuskan arah bisnis dan kenapa arah itu penting bagi seluruh tim.

Terkait dengan cara untuk mencapai ke sana, jadilah seorang fasilitator yang mengintegrasikan berbagai aset kekuatan di dalam organisasimu.

TRUST THOSE WHO YOU'VE HIRED & HIRE THOS WHO YOU CAN TRUST

Ketika merekrut tim baru, khususnya di jajaran pemimpin, bagikan tujuan yang ingin organisasimu raih dan penghalang yang sedang dihadapi.

Setelah itu diskusikan bagaimana pengalaman & area of expertise sang kandidat kira-kira bisa menolong organisasimu mencapai visi itu.

Seandainya ide itu merasa feasible, jangan lupa tetapkan dan sepakati indikator progres yang jelas.

Semoga bermanfaat. 🙂

*Rekan-rekan LinkedIners ingin mendapatkan weekdays insight gratis? Silahkan mengunjungi erisilvanus.com 🙂

Eri Silvanus
Saya menolong para individu dan organisasi meningkatkan kinerja dan leadership engagement melalui fungsi saya sebagai seorang pembicara, coach, dan consultant.

profil linkedin