There are no items in your cart
Add More
Add More
Item Details | Price |
---|
Mon Mar 6, 2023
Hai Optimized People
Sebagai executive professional yang bertanggung jawab, kadang-kadang kita mempunyai ide yang kita yakin bisa mengembangkan perusahaan. Tapi sayangnya kita hampir yakin atasan kita akan menolaknya.
Beberapa orang memilih sikap apatis atau “quiet quitting”. Beberapa orang lagi memilih untuk mengundurkan diri. Beberapa orang lagi sekedar melupakan ide itu dan berusaha move on. “Toh bukan aku yang punya perusahaan.” Begitu kira-kira argumentasi mereka.
Saya yakin tidak ada formula keputusan paling benar yang berlaku secara universal. Setiap konteks situasi dan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap orang berbeda-beda. Jadi saya tidak akan menawarkan satu konsep terbaik yang bisa berlaku secara universal.
Hari ini saya hanya ingin membahas satu alternatif sikap lain, yang mungkin bisa dirasa efektif untuk konteks yang optimized people sedang hadapi. Dari segi keuntungan, strategi sikap ini minimal bisa memberikan kita 2 manfaat:
Pahami Proses Bisnisnya
Bisnis yang dijalankan secara organisasi itu sebetulnya bergerak seperti mesin otomotif. Orang awam mungkin melihat “Pokoknya mobil itu bisa jalan.” Tapi di balik sesuatu yang tampak sederhana itu ada sistem kerja yang kompleks dan saling terkait.
Sering kali para atasan menolak sebuah ide bukan karena ide itu sendiri tidak bagus. Tapi karena mereka melihat risiko dampak negatif dari perubahan yang kita usulkan itu ke dalam proses kerja yang saling terkait itu lebih besar daripada potensi manfaatnya.
Misalnya kita mengusulkan “Perusahaan seharusnya bisa punya data tentang analisa kebutuhan klien per wilayah dengan data yang lebih detail.”
Usul yang terasa sederhana ini bisa saja mempengaruhi atau bahkan menambah work load yang harus dilakukan oleh para sales di lapangan, tim administrasi, programmer, store atau sales manager, dan sebagainya.
Itu sebabnya sebagai seorang executive professional, saya menyarankan pahami proses bisnis perusahaan kita terlebih dulu. Coba lihat proses apa yang sebetulnya berusaha kita tingkatkan.
Lakukan research juga tentang dampak perubahan itu bagi keseluruhan business process perusahaan. Bukan hanya dampak bagi segelintir orang atau hanya bagi satu divisi saja.
Strategi ini akan menolong kita mampu menggunakan sudut pandang atasan kita sebagai business leader, sebelum kita mengusulkan ide perubahan itu.
Kelola Faktor Manusia Dari Perubahan Ini
Setelah memahami proses mana yang sebetulnya berusaha kita tingkatkan, temukan tim atau divisi yang juga akan merasakan dampak positif dari perubahan ini.
Konsepnya sederhana. Makin banyak divisi terkait yang merasa ide itu hanya akan membuat pekerjaan mereka jadi lebih sulit, makin kecil kemungkinan mereka ikut mendukung ide ini. Sebaliknya, makin banyak pihak yang merasa ide ini membawa dampak positif, makin besar kemungkinan atasan kita melihat ide ini sebagai perubahan yang positif.
Bagaimana jika ide perubahan ini memang membuat beberapa orang atau divisi jadi lebih berat?
Saya menyarankan jangan tinggalkan mereka. Justru jadikan mereka sebagai rekan untuk mengevaluasi apakah tujuan akhir yang ingin dicapai memang lebih besar daripada kerepotan yang diakibatkan.
Ini adalah langkah yang penting, karena tujuan kepemimpinan adalah menolong sebanyak mungkin orang menjadi lebih baik. Bukan sekedar aku dan segelintir orang saja yang jadi lebih baik.
Self-growth Mindset
Bagaimana seandainya setelah melakukan itu semua, ide kita masih tetap ditolak?
Saya yakin situasi itu akan menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Apakah sebaiknya kita tetap bekerja di tim itu atau pelan-pelan mempersiapkan diri untuk pindah, hal ini perlu dipertimbangkan dengan sangat matang.
Tapi jika optimized people masih muda, saya menyarankan jangan terlalu fokus pada rasa kecewa dan emosi negatif itu. Tapi jadikan pengalaman ini sebagai pelajaran kepemimpinan yang berharga.
Karena banyak orang bisa memimpin menggunakan otoritas posisi dan jabatan. Tapi tidak banyak yang mampu membuat orang bergerak ke arah yang sama secara sukarela. Situasi yang menuntut kita belajar memimpin perubahan dari bawah ini adalah bagian penting dari leadership skill development dan pengembangan karaktermu sebagai seorang pemimpin.
Eri Silvanus
Personal & organization development practitioner: Help people and teams be better by helping them change their behavioral framework.