Bangun Karakter Inovatif Melalui Rapat

Sat Jul 30, 2022

Masalah yang berulang-ulang muncul mungkin menandakan pola pemecahan masalah yang "kadaluarsa"

Pernah merasa divisi atau perusahaanmu menghadapi masalah yang sama berulang-ulang?

"Hadoooh.... Kok nggak selesai-selesai ya masalah ini. Sepertinya tiap tahun selalu muncul masalah yang sama."

Daripada menghabiskan resource mental dan waktu untuk acara-acara isidentil seperti seminar dan training, mungkin lebih efektif kalau kita menggunakan sebuah platform internal yang kebanyakan tim dan perusahaan sudah miliki.

Apa itu? Rapat atau meetings.

Dinamika rapat

Rapat sebenarnya adalah sebuah platform di mana setiap pemegang kepentingan di dalam organisasi atau tim berkumpul untuk membicarakan suatu topik.

Jadi pola kebiasaan apa yang terjadi di dalam rapat, sebenarnya akan mempengaruhi bagaimana tim kita bekerja sama, berpikir untuk menemukan solusi, dst.

Dari sudut pandang perilaku manusia, setidaknya ada 3 dinamika rapat.

Di tipe dinamika yang pertama, pemimpin rapat mempunyai informasi yang para peserta rapat sudah tahu atau mungkin sekedar lupa. Rapat yang menggunakan dinamika ini biasanya adalah rapat-rapat yang fungsinya berupa briefing atau orientasi.

Di tipe dinamika yang kedua, pemimpin rapat & peserta rapat berusaha mengaplikasikan apa yang sebenenarnya mereka telah pahami. Rapat yang menggunakan dinamika ini biasanya adalah rapat-rapat yang fungsinya berupa koordinasi atau simple troubleshooting.

Kedua tipe dinamika rapat ini sebenarnya tidak kondusif untuk membangun karakter inovatif di dalam pola kerja tim kita. Kenapa?

Karena pada dasarnya sebuah inovasi muncul ketika masalah yang sedang kita hadapi lebih besar dari kompetensi pemimpin & peserta rapat.

Di tipe dinamika rapat yang ketiga, semua pihak:

  • Menyadari kurangnya kompetensi yang mereka miliki saat ini
  • Berkomitmen mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan.
Prinsip membangun karakter inovatif melalui rapat

Berikut ini 3 prinsip membangun karakter inovatif melalui rapat yang bisa kita biasakan di rapat akhir tahun ini atau awal tahun depan.

Bergeraklah berdasarkan pertanyaan

Inovasi selalu dimulai dari pertanyaan. Mereka yang tidak lagi terbiasa bertanya, biasanya mempunyai sikap "sudah tahu segalanya". Jelas itu adalah sikap yang menghambat inovasi.

Dalam sudut pandang human behavior ada 2 tipe pertanyaan yang cenderung lebih efektif memotivasi kita untuk bergerak.

Pertanyaan tipe pertama adalah bagaimana cara menghindari resiko.

Misalnya bagaimana mengurangi kerugian akibat program orientasi sales yang kurang efektif atau kurang efisien atau bagaimana mengurangi resiko akibat tim yang tidak engaged dengan kepemimpinan si manager baru.

Pertanyaan tipe kedua adalah bagaimana mencapai masa depan yang lebih baik.

Ini adalah kebiasaan yang biasanya dianggap lebih keren dan lebih memotivasi. Karena seperti yang Elon Musk katakan kepada para wartawan di pabriknya di Jerman: "Seharusnya ada sesuatu yang membuat kita ingin menghidupi masa depan. Nggak masuk akal kalau semuanya hanya tentang masalah."

Apakah pertanyaan tipe kedua selalu lebih efektif dari tipe pertama? Dalam pengalaman saya sebagai seorang human behavior coach, karakter dan mental setiap oranglah yang menentukan tipe pertanyaan mana yang lebih efektif.

Dilepaskan dari pertanyaan manapun yang digunakan, hal terpenting adalah otak kita harus bisa merasakan alasan kenapa kita harus berinovasi.

Mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan penting seperti ini sering kali lebih efektif menggerakkan tim berinovasi, daripada sekedar meminta tim untuk memuaskan keinginan bos.

Ijinkan diri untuk merasa tidak tahu

Mengakui bahwa kita tidak tahu bukan hanya bentuk dari sikap rendah hati. Tapi juga dasar dari pengembangan diri.

Dua pertanyaan yang bisa digunakan ketika rapat, misalnya:

  1. "Ok. Strategi dan kompetensi apa saja yang kita sudah punyai, tapi sepertinya tidak berhasil membawa kita mencapai visi ini?"
  2. "Kira-kira dalam hal apa saja kita masih perlu belajar untuk mencapai visi ini?"
Dalam sudut pandang human behavior orang-orang yang merasa sudah tahu segalanya cenderung sulit berinovasi.

Reses & beri waktu otak untuk berkembang

Penelitian berkali-kali membuktikan bahwa memberikan waktu jeda bagi otak untuk beristirahat sangat krusial bagi kinerja otak, khususnya dalam berpikir produktif, seperti terlihat di cuplikan salah satu artikel dari University of California, Berkeley di bawah ini.

Hal penting yang harus selalu diingat adalah jika mau berinovasi, kita harus belajar memberi waktu bagi proses berpikir.

Poin utama

Momen-momen spesial seperti akhir tahun dan awal tahun adalah waktu yang paling tepat untuk memulai sebuah kebiasaan baru. Bukan karena ada sesuatu yang mistis dari tanggal-tanggal itu. Tapi karena psikologi, kebanyakan orang akan merasa ini adalah momen untuk memulai sebuah lembaran baru.

Jadi cobalah untuk mengumpulkan timmu dalam sebuah rapat dan mulai membangun karakter inovatif.

.

For more insight on applied human behavior on professional development, salesmanship, and leadership engagement, follow my accounts at: Instagram, LinkedIn, YouTube, Spotify, and other podcast platforms.

Eri Silvanus
Saya menolong para individu dan organisasi meningkatkan kinerja dan leadership engangement melalui fungsi saya sebagai seorang pembicara, coach, dan consultant.

Profil Linkedin