There are no items in your cart
Add More
Add More
Item Details | Price |
---|
Thu Aug 18, 2022
Pemimpin yang merasa "baik-baik saja" sedangkan kebanyakan timnya sedang mengalami burnout akan menuai tim yang "emotionally drained", "lack of enthusiasm", dan kinerjanya menurun.Sebagai pemimpin apa yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari "team's burnout"?
Burnout akibat pandemi bagi banyak pemimpin bisnis dan para profesional mempunyai pola yang unik.
Burnout ini muncul bukan karena bisnis mereka hancur. Tapi justru karena mereka menemukan strategi yang membuat mereka bisa bertahan atau bahkan meningkat.
Pada awalnya adrenalin dan semangat juang bertindak seperti Paracetamol. Kerja keras itu terasa "seru". Mereka tidak butuh ikut seminar motivasional. Fokus mengeksekusi ide dan strategi baru itu cukup untuk membuat mereka bekerja lebih keras dari tahun-tahun sebelumnya.
Tapi lalu "success peak" instan itu mulai berkurang. Mereka mulai sadar bahwa strategi baru itu membawa serangkaian beban operasional baru yang jauh lebih berat daripada yang mereka perkirakan sebelumnya.
Di momen-momen seperti ini, entah secara lantang atau sekedar "gosip di grup WhatsApp" banyak tim menunggu respon dari sang pemimpin.
Kalau optimized people mencari di internet, kebanyakan materi membahas tentang burnout bagi diri sendiri. Jadi saya tidak akan "menambahkan garam ke laut yang sudah merah." Tapi bagaimana jika burnout itu terjadi pada tim?
Bukankah dampaknya akan lebih parah jika sang pemimpin merasa "baik-baik saja", tapi kebanyakan timnya merasa burnout? Ya! Dan positivisme berlebihan yang cenderung mengabaikan pikiran dan perasaan negatif justru akan jadi bumerang yang fatal.
Jadi sebagai pemimpin, apa yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari team's burnout?
Berikut ini 5 kebiasaan yang mungkin bisa optimized people terapkan.
OPEN-UP
Sadari (be aware) atau tingkatkan kesadaran (awareness) tentang gejala-gejala burnout pada tim. Ada 3 gejala utama burnout:
COMMUNICATE
Dalam salah satu wawancaranya, Ken Fraizer, CEO dari pharmaceutical company Merck & Co. pernah mengatakan:
"The 1st step to get help is by admitting that we don't have all the answer."
Pemimpin perlu belajar menghindari jebakan kepemimpinan: jarang minta tolong atau bahkan lebih parah lagi jarang minta pendapat.
Kita harus menyadari bahwa bertindak sebagai pengambil keputusan bukan berarti tahu segalanya.
Beberapa orang merasa, mengakui hal ini adalah sebuah kelemahan. Menurut Ken Frazier, saya, dan para millennials, ini justru sikap adalah yang diharapkan dari seorang pemimpin.
Sikap ini justru akan memicu loyalitas dan kolaborasi di dalam tim kita.
EMPOWER YOUR TEAM TO LEAD
Dalam masa-masa burnout atau ketidakpastian, kita butuh lebih banyak orang yang kita yakin bisa menolong kita dan bisa kita andalkan.
Ketika kita ingin melakukan scale-up kita butuh lebih banyak orang yang kita yakin bisa menolong kita dan bisa kita andalkan.
Jadi program-program pengembangan tim seharusnya tidak lagi dilihat sebagai "obat" untuk mengobati tim-tim bermasalah. Melainkan sebagai sebuah fasilitas untuk meningkatkan kapabilitas tim.
BUILD A FELLOWSHIP
Kadang-kadang tantangan & kesulitan hidup yang sedang dialami memang tidak mempunyai jalan keluar instan.
Di masa-masa seperti itu, menciptakan caring routine seperti berdoa bersama, makan bersama dan saling menanyakan kabar, bisa memunculkan kekuatan untuk mampu "berjalan 1 minggu lagi".
REMEMBER OR CREATE THE GREAT MISSION
Burnout adalah masa yang paling krusial bagi pemimpin untuk terus menerus mengingatkan tim tentang impian yang sedang ingin dicapai.
Bagi otak, situasi terburuk ketika burnout adalah terlalu banyak hal yang ingin dikerjakan pada saat bersamaan. Ini hanya akan memperparah perasaan burnout itu.
Justru di masa-masa seperti inilah pemimpin harus meluangkan waktu lebih banyak untuk menolong otak tim mempunyai fokus yang kongkrit dan jelas.
Semoga bermanfaat. 🙂
Your coach & consultant, Eri Silvanus.
eri silvanus
Saya menolong para individu dan organisasi meningkatkan kinerja dan leadership engagement melalui fungsi saya sebagai seorang pembicara, coach, dan consultant.