Beberapa pemimpin bisnis tidak membuat team development program sebagai pilar utama dari keunggulan daya saing bisnis mereka.

Salah satu penyebabnya mungkin adalah karena ketika dipandang dari segi bisnis, program-program seperti training dan seminar seperti tidak menghasilkan dampak bisnis apapun selain perasaan happy karena acara training yang seru dan sang trainer yang menghibur.

Di sisi lain, Forbes coaches council mengatakan bahwa talent management program bisa menjadi salah satu pilar bagi keunggulan daya saing bisnis kita.

Jadi apa yang bisa kita lakukan supaya team development program kita punya peluang lebih besar untuk menghasilkan return of learning investment (ROLI) yang positif?

Penyebab Kegagalan

Para expert mengatakan bahwa program-program pengembangan SDM beresiko tidak menghasilkan dampak ketika program-program itu tidak cukup sinergis dengan core business process atau strategi yang sedang dikerjakan perusahaan.

Misalnya survei yang dilakukan oleh McKinsey terhadap 1500 manajer dari berbagai organisasi mengindikasikan, program pengembangan SDM yang tersinkronisasi dengan business goal, menghasilkan peluang lebih besar untuk mengalahkan pesaing.

Majalah Forbes juga pernah mempublikasikan artikel tentang pentingnya strategi yang menyelaraskan business goals dan team management.

Jadi bagaimana kita bisa menyelaraskan program-program pengembangan SDM ke core business process kita?

Beberapa business owners atau HR leaders terburu-buru mencari daftar trainers, seminar, atau lebih parah lagi video singkat di YouTube.

Kebiasaan ini beresiko hanya menghasilkan program pengembangan SDM yang bersifat umum dan sulit diaplikasikan ke konteks spesifik bisnis kita masing-masing.

Saya sangat menyarankan, langkah awal sebaiknya dimulai dari menganalisa strategi bisnis yang sedang kita ingin kerjakan dan hal-hal yang menghalangi business process kita mengeksekusi strategi itu.

Pentingnya Kontekstualisasi

Misalnya bisnis kita bergerak di bidang retail dan dari hasil analisa kita menemukan sepertinya kemampuan tim sales atau store attendance kita dalam melakukan prospecting perlu ditingkatkan.

Salah satu ide yang muncul misalnya mengajarkan jobs to be done framework yang dicetuskan oleh salah satu profesor dari Harvard business school.

Dari framework ini kita menemukan bahwa tim sales atau store attendance kita perlu bisa menggali 3 tipe kebutuhan customers kita, yaitu functional needs, social needs, atau emotional needs mereka.

Tanpa proses kontekstualisasi yang tepat, maka apa yang tim kita dapatkan hanyalah pemaparan framework itu, yang mungkin bisa kita pelajari sendiri melalui internet.

Apa yang kita butuhkan adalah membangun sebuah custom training programs atau pengembangan SDM yang terkontekstualisasikan secara spesifik ke product knowledge dan profil customers yang datang ke retail kita.

Strategi seperti ini bukan hanya akan memberikan manfaat lebih riil bagi tim sales retail atau store attendance kita. Tapi juga memberikan peluang yang lebih besar bagi bisnis kita mencapai strategi atau business goals yang kita harapkan.

Kesimpulan yang saya ingin tekankan melalui artikel ini adalah selaraskan program-program pengembangan SDM dengan core business process dan strategi perusahaan.

Training atau seminar yang bersifat template mungkin bisa terasa seperti quick & easy solution. Tapi metode-metode itu tidak akan bisa mengalahkan efektivitas dari organization development program yang dirancang secara khusus sesuai dengan konteks bisnis kita.

Tujuan dari customized organization development program adalah memenuhi kebutuhan spesifik dari sebuah bisnis. Hasil yang kita harapkan terjadi bukan dari sekedar tidak tahu menjadi tahu. Melainkan tim yang lebih engaged dan produktif karena mereka merasa bisa melakukan apa yang harus dilakukan untuk mencapai business goals.